Rabu, 22 Mei 2013

pedang kayu harum [ 6 ]

begitu pelit dan ji-wi menuntut tentang dua buah kitab pelajaran? Tidak, aku tidak dapat
memberikan Siang-bhok-kiam, kecuali kepada dia yang berjodoh.”

"Omitohud!" Hwesio tinggi besar hitam Thian kek Hwesio, melangkah maju dan membentak
keras. Kini hwesio itu membelalakkan matanya memandang Sin-jiu Kiam-ong, dan ternyata
sepasang matanya lebar sekali, wajahnya membayangkan kekasaran dan kejujuran seperti
wajah Thio Hwie, tokoh pahlawan dalam cerita Sam Kok. "Locianpwe agaknya menghendaki
kami menggunakan cara Locianpwe sendiri. Meminjam kitab-kitab tidak boleh lalu
menggunakan kepandaian mendapatkan kitab-kitab itu. Kini kami minta baik-baik tidak
Locinpwe berikan, apakah berarti bahwa kami harus menggunakan kepandaian untuk
mendapatkan pedang Siang-bhok-kiam itu?"

Sin-jiu Kiam-ong memandang hwesio itu sambil tersenyum, pandang matanya bersinar
gembira. Orang yang keras dan jujur selalu mendapatkan rasa suka di hatinya, karena orang
yang demikian itu lebih mudah dihadapi. Ia mengangguk dan menjawab.
"Kalau seperti itu wawasanmu, maka benarlah demikian agaknya."

"Hemmm, bagus! Sin-jiu Kiam-ong terkenal sebagai ahli pedang ahli lweekang namun
pinceng sedikit-sedikit juga telah berlatih selama puluhan tahun!" Setelah berkata demikian,
Thian kek Hwesio membalikkan tubuhnya dan dengan gerakan kokoh kuat, lengan kanannya
yang besar itu mendorong dengan pukulan ke depan, ke arah sebatang pohon yang jaraknya
ada tiga meter dari tempat dia berdiri. Sambaran angin pukulan yang dahsyat membuat batang
pohon tergetar, daun-daunnya seperti dilanda angin topan, dan berhamburanlah daun-daun
yang rontok ke atas tanah seperti hujan! Andaikata manusia diserang dengan pukulan jarak
jauh seperti ini, pasti akan remuk tulang-tulangnya, dan rontok isi dadanya!

Namun Sin-jiu Kiam-ong tersenyum lebar menyambut demonstrasi tenaga sinkang yang
mencapai tingkat tinggi itu. "Ha-ha-ha! Membangun itu amat sukar, merusak amatlah
mudahnya. Manusia adalah perusak terbesar diantara segala mahluk! Thian Kek Hwesio,
untuk merusak dan merobohkan pohon itu sampai ke akar-akarnya adalah hal yang dapat
dilakukan semua orang, akan tetapi dapatkah engkau membuat sehelai daun saja? Hemmm,
biarlah kucoba mengembalikan daun-daun itu ke tempatnya, sungguhpun tak mungkin dapat
kembali seperti asalnya karena kekuasaan itu hanya dimiliki Thian!" Sin-jiu Kiam-ong yang
masih duduk bersila itu menggerakkan kedua tangannya ke depan, ke arah daun-daun yang
jatuh berhamburan ke atas tanah tadi dan...bagaikan ada angin puyuh, secara tiba-tiba semua
daun itu bergerak, berputar-putar dan terbang naik ke atas pohon menempel sejadinya pada
cabang-cabang dan ranting-ranting, ada yang gagangnya menancap, ada yang melekat pada
batang pohon, akan tetapi tidak ada yang rontok lagi ke bawah!

Melihat ini, Thian Kek Hwesio, menjadi agak pucat wajahnya dan maklumlah dia bahwa tingkat kekuatan sinkang kakek tua renta itu jauh lebih tinggi daripadanya. Ia melangkah mundur sambil merangkapkan kedua tangan di depan dada dan menggumam, "Omitohud...!"
"Maaf, suteku dan pinceng melupakan kebodohan sendiri!" kata Thian Ti Hwesio dan si
hwesio kurus ini sekarang menggerakkan kedua tangan ke depan, ke arah pedang kayu yang
terletak di depan kaki Sin-jiu Kiam-ong dan...pedang itu tiba-tiba melayang naik seperti
tersedot besi sembrani lalu terbang ke arah kedua tangan tokoh Siauw-lim-pai itu.

Semua tokoh yang berada di situ tahu belaka bahwa kekuatan sinkang hwesio alis putih ini
jauh lebih tinggi daripada kekuatan sutenya. Sin-jiu Kiam-ong mengeluarkan suara memuji,
"Bagus! Siang-bhok-kiam, sebelum kuijinkan, kamu tidak boleh berganti majikan.
Kembalilah!" Ia menggapaikan tangan kirinya dan... pedang kayu yang sudah terbang ke arah
kedua tangan Thian Ti Hwesio itu tiba-tiba berputaran lalu membalik, melayang ke arah Sin-
jiu Kiam-ong! Thian Ti Hwe-sio menjadi penasaran sekali. Ia manambah kekuatan pada
kedua lengannya, bahkan tubuhnya agak merendah ketika dia menggerakkan kedua tangan k

0 komentar:

Posting Komentar