Rabu, 22 Mei 2013

pedang kayu harum [ 11 ]

lima orang murid Kong-thong-pai dengan tangan kosong, sudah semestinya kalau kini pinto
juga menghadapimu dengan tangan kosong. Kalau pinto kalah, biar lain kali kami dari Kong-
thong-pai kembali lagi, kalau engkau yang kalah, pinto akan membawa pergi Siang-bhok-
kiam sebagai tebusan dosa!"

“Ha..ha..ha, selalu tersembunyi pamrih dalam setiap perbuatan, di mana-mana manusia sama,
menjadi hamba nafsu pribadi. Silakan."

Tosu itu mengangkat kedua lengannya ke atas kepala, lalu kedua tangan yang dibuka jari-
jarinya itu mengeluarkan suara berkerotokan, tergetar hebat dan kedua tangan itu kini
bentuknya seperti cakar naga dan kulit tangan itu berubah menjadi kemerahan! Inilah Ilmu
Ang-liong-jiauw-kang (Ilmu Cakar Naga Merah) dari Kong-thong-pai yang sudah amat
terkenal kedahsyatannya! Kabarnya, ilmu ini kalau sudah mencapai tingkat tinggi, menjadi
amat hebat sehingga tangan berubah seperti baja panas. Tidak saja kuat untuk melawan
senjata tajam lawan, juga kalau mengenai tubuh lawan menimbulkan luka-luka terbakar yang
tak terobati lagi! Dengan beberapa langkah, tosu tua itu sudah berada di depan Sin-jiu Kiam-
ong, kedua tangannya dengan telapak tangan terbuka digerakkan ke depan, mengarah kepala
dan dada kakek yang duduk bersila dengan tenangnya itu.

"Bergeraklah! Lawanlah! Pinto bukan seorang pengecut yang menyerang orang yang tak mau
melawan!" Kok Cin Cu berkata, suaranya nyaring dan kedua tangannya sudah menggetar-
getar amat hebatnya.

Sin-jiu Kiam-ong tersenyum. "Kiranya Kong-thong Ngo-lo-jin masih ingat akan watak
pendekar. Sungguh menyenangkan sekali. Akan tetapi, sayang masih dikotori rasa tamak.
Biarlah kusambut Ang-liong-jiauw-kang, karena inilah nama ilmumu, bukan?" Sambil
berkata demikian, Sin-jiu Kiam-ong segera mengulur kedua lengannya dan sebelum tosu tua
itu sempat bergerak, dia telah menempelkan kedua telapak tangan tosu yang kemerahan itu.

"Wesssss....!" Sungguh luar biasa sekali. Begitu kedua telapak itu bertemu, terdengar suara
seperti api membara bertemu benda basah dan tampak asap mengepul dari kedua pasang
telapak tangan yang saling bertemu. Tosu tua itu merendahkan tubuh dan mengerahkan tenaga
sinkang untuk memperkuat daya serang Ang-liong-jiauw-kang, namun sia-sia belaka karena
kedua telapak tangannya yang tadinya panas itu makin lama menjadi makin dingin, bahkan
rasa dingin seperti salju mulai menerobos masuk melalui kedua telapak tangannya, menjalar
dari telapak tangan ke atas! Wajah tosu itu mulai berpeluh, matanya merah mulutnya terbuka
karena nafasnya menjadi terengah-engah.

Di lain pihak, Sin-jiu Kiam-ong masih tersenyum
saja dan sama sekali tidak kelihatan lelah. Tahulah Kok Cin Cu bahwa kalau dilanjutkan adu
tenaga sinkang ini, dia akan roboh binasa. Terpaksa tosu tua ini lalu menarik kembali kedua
tangannya dan pada saat yang bersamaan, Sin-jiu Kiam-ong yang tidak ingin membunuh
orang juga menarik kedua tangannya. Kok Cin Cu melangkah mundur di tempat semula,
tubuhnya menggigil dan sampai lama barulah dia dapat memulihkan keadaannya, lalu
menjura dan membungkuk dan berkata dengan suara lemah.
"Sungguh hebat kepandaian Sin-jiu Kiam-ong, terpaksa pinto mengaku kalah dan lain kali
pinto akan datang kembali bersama para suheng."

Melihat kekalahan tosu tua Kong-thong-pai, kini suami istri tua yang sejak tadi hanya
menonton, melangkah maju. Mereka itu berusia tujuh puluh tahunan, dan si suami segera
menudingkan telujuknya.
"Sin-jiu Kiam-ong, masih ingatkah engkau kepada kami suami isteri yang pernah mengalami
penghinaan darimu?"

Kakek itu memandang kepada mereka, terutama kepada wanita tua yang berdiri tegak
disamping suaminya, kemudian menjawab, "Pernah aku berjumpa dengan kalian, akan tetapi
aku lupa lagi entah dimana. Yang sudah pasti, aku tidak pernah menganggu wanita itu, karena
kalau hal itu terjadi, sampai kini pun aku tentu akan ingat dan mengenalnya."
Merah wajah wanita itu dan kini ia mendamprat, "Tua bangka berhati cabul!" Akan tetapi

0 komentar:

Posting Komentar