Sabtu, 25 Mei 2013

pedang kayu harum [ 20 ]

pertandingan dan hatinya terpingkal-pingkal, akan tetapi juga mata hatinya terbuka lebar.
Beginilah watak manusia di seluruh jagat, pikirnya. Pertempuran antara tokoh besar ini
mencerminkan keadaan di dunia, mencerminkan watak manusia yang amat bodoh dan lucu,
seolah-olah manusia di dunia ini memainkan peran badut yang menggelikan! Manusia di
dunia ini selalu saling hantam, saling memperebutkan demi pemuasan nafsu pribadi yang
mereka sebut cita-cita. Padahal, hakekatnya mereka itu hanya memperebutkan kedudukan,
atau nama, atau harta, atau pemuasan nafsu. Untuk mencapai "cita-cita" ini, mereka tidak
segan-segan untuk saling menjatuhkan fitnah, saling mengejek, saling menyalahkan, saling
menipu, saling merugikan dan kalau perlu saling membunuh! Yang besar melahap yang kecil,
yang kecil mencaplok yang lebih kecil lagi sedangkan yang besar dilalap yang lebih besar
lagi! Kedudukan, kemuliaan, nama besar, harta benda, benda-benda indah, wanita cantik
diperebutkan secara tak kenal malu seolah-olah kesemuanya itu akan mendatangkan bahagia
dalam hidup masing-masing. Padahal, dan ini sudah dialami oleh Sin-jiu Kiam-ong selama
petualangannya puluhan tahun, kesemuanya itu kosong belaka. Kesemuanya itu akan musnah
kenikmatannya setelah didapatkannya, bukan kebahagiaan yang didapat, melainkan terlalu
sering sekali mendatangkan kepahitan malah. Karena yang menang akan mabuk dan diintai
mata dan hati si kala yang penuh iri dan dendam, yang kala akan mabuk oleh dendam dan
penasaran sehingga mencari segala daya upaya untuk menjatuhkan kembali yang menang!

Kakek ini seolah-olah dapat melihat betapa yang akhirnya mendapatkan pedang Siang-bhok-
kiam selalu akan dirundung malang, selalu dimusuhi, dikejar-kejar. Ingin dia tertawa kalau
memikirkan hal ini!

Tiba-tiba terdengar suara ketawa tergelak-gelak. Suara ketawa yang memekakkan telinga,
yang membuat Keng Hong tiba-tiba roboh berlutut karena kedua kakinya menggigil. Tampak
berkelebat tiga bayangan hitam dan pertandingan yang tadinya kacau balau itu tiba-tiba
berhenti karena sembilan orang itu terpelanting ke kanan kiri. Kini mereka bersembilan
berdiri siap siaga dengan wajah penuh peluh, mata liar mengganas memandang ke arah tiga
orang yang tiba-tiba muncul dan yang sekaligus membuat mereka yang sembilan orang itu
tokoh-tokoh kenamaan yang berilmu tinggi, terpelanting ke kanan kiri.

Keng Hong kini dapat berdiri kembali dan dia pun mengintai, memandang ke arah tiga orang
itu. Jantungnya berdebar keras dan mulutnya melongo, matanya terbelalak hatinya diliputi
kengerian. Tentu bukan manusia yang muncul ini, melainkan tiga iblis penghuni hutan. Belum
pernah Keng Hong melihat orang-orang yang memiliki wajah dan tubuh demikian
mengerikan.

Orang pertama adalah seorang nenek yang rambutnya kemerahan, rambut gimbal
yang kasar dan riap-riapan menutupi sebagian mukanya. Muka itu sendiri seperti udang
direbus, mulutnya menyeringai memperlihatkan gigi yang besar-besar dan panjang-panjang
sehingga bibirnya tidak dapat tertutup dan selalu menyeringai. Pakaiannya dari sutera hitam
berkembang merah dengan potongan ketat sehingga melekat di kulit tubuhnya, mencetak
tubuhnya seperti telanjang bulat dan tampak betapa sepasang buah dadanya besar-besar
seperti buah semangka. Nenek ini tidak memegang senjata, akan tetapi sepuluh buah kuku jari
tangannya panjang-panjang dan meruncing seperti sepuluh batang pisau yang hitam
kemerahan, amat mengerikan!

Orang ke dua adalah seorang kakek yang usianya sebaya dengan nenek itu, kurang lebih
delapan puluh tahun. Tubuhnya tinggi besar seperti raksasa, sedikitnya tentu ada dua meter,
besar dan kulitnya hitam arang penuh bulu. Kalau tidak pakai pakaian dia tentu lebih patut
disebut orang hutan. Pakaiannya juga dari sutera berwarna berkembang. Karena kulit
mukanya juga hitam seperti arang, maka tampaklah biji matanya putih lebar menyeramkan.
Kedua telinganya seperti telinga gajah, lebar. Yang mengerikan adalah sepasang tengkorak
kecil, agaknya tengkorak anak-anak, yang tergantung di kedua rantai baja, dua buah
tengkorak yang sudah menghitam dan agaknya mengeras seperti besi karena kedua tengkorak
itu telah direndam racun sampai puluhan tahun lamanya

0 komentar:

Posting Komentar