Rabu, 22 Mei 2013

pedang kayu harum [ 13 ]

yang berani boleh naik!"

Sembilan orang itu saling pandang dan tak seorang pun berani naik. Bagi mereka yang
berilmu tinggi, kiranya tidaklah amat sukar untuk mendaki batu pedang itu ke atas, akan tetapi
batu pedang itu tidak dapat didaki oleh mereka bersama-sama, harus seorang demi seorang.
Dan kalau mereka mendaki seorang demi seorang, sama saja dengan menyerahkan nyawa
kepada kakek itu!

Kembali terdengar suara ketawa dari atas. "Ha..ha..ha! Jangan kira aku amat pelit untuk
menyerahkan nyawa dalam tubuh tua ini dan menyerahkan Siang-bhok-kiam. Kuminta waktu
sebulan lamanya untuk menikmati tempat ini. Setelah sebulan, kalau kalian masih
menghendaki nyawaku, datanglah ke kaki gunung, sebelah selatan, di dalam hutan mawar,
disana aku menanti kalian bersama Siang-bhok-kiam!"

Setelah terdengar suara ini, keadaan menjadi sunyi. Mereka menanti-nanti namun tidak ada
suara lagi. Karena merasa tidak akan ada gunanya menanti, apalagi mencoba untuk mengejar
kakek sakti itu ke atas puncak batu pedang yang ujungnya lenyap di balik halimun tebal,
akhirnya sembilan orang gagah itu meninggalkan Kiam-kok-san dan berjanji dalam hati untuk
mencari hutan mawar yang dimaksudkan si kakek sakti sebulan kemudian.

                                                                  ***

Pada masa itu, kerajaan Beng (1368-1644) mengalami perpecahan dan perang saudara.
Kerajaan Beng didirikan oleh Ciu Goan Ciang, yang berhasil mengusir pemerintah penjajah
Goan (Mongol) dan kemudian menjadi Kaisar Kerajaan Beng pertama dengan julukan Kaisar
Thai Cu (1368-1398). Peking (ibu kota utara) yang tadinya menjadi kota raja Kerajaan
Mongol, oleh Kaisar Kerajaan Beng ini tidak dijadikan pusat kerajaan. Sebagai ibu kota
dipilihnya Nan-king (ibu kota selatan) yang letaknya di lembah Sungai Yang-ce-kiang, di
daerah yang lebih subur tanahnya. Namun Peking yang merupakan daerah pergolakan dan
pangkalan penting untuk mempertahankan ancaman serangan balasan bangsa Mongol di utara
yang telah diusir dari pedalaman, tetap dipertahankan dan di bekas kota raja Mongol ini
diperkuat oleh bala tentara besar dan dipimpin oleh putera Kaisar Thai Cu sendiri, yaitu Yung
Lo yang terkenal gagah perkasa dan pandai berperang.

Perpecahan dalam kerajaan Beng yang baru ini terjadi setelah kaisar pertamanya meninggal.
Kaisar Thai Cu meninggal dalam tahun 1398 dan karena putera sulung kaisar ini sudah
meninggal dunia, maka sebelum meninggal Kaisar Thai Cu telah menunjuk keturunan dari
putera sulungnya, jadi cucunya yang amat dikasihinya, untuk menggantikannya dan naik
tahtah pada tahun berikutnya. Cucu ini yang merupakan kaisar ke dua dari kerajaan Beng
bernama Hui Ti. Peristiwa inilah yang mengakibatkan perang saudara.

Pangeran Yung Lo atau lebih tepat Raja Muda Yung Lo yang menguasai daerah pertahanan di Peking, tidak mau menerima pengangkatan keponakannya menjadi kaisar pengganti ayahnya. Dia merasa lebih berhak dan lebih berjasa. Oleh karena itu, Yung Lo membawa bala tentara dan menyerbu ke
selatan, ke Nan-king. Terjadilah perang saudara. Perang saudara selalu mengerikan, dimana
terjadi bunuh-membunuh antara saudara sendiri, antara bangsa sendiri.

Rakyat pun terpecah- pecah dan saling hantam. Semua ini terjadi hanya karena ulah tingkah atasan yang memperebutkan kedudukan. Untuk mencapai cita-cita pribadi, rakyat dijadikan umpan,
kedok, perisai dan senjata. Padahal kalau cita-cita sudah tercapai dan pribadinya dimabuk
kemuliaan, kemewahan dan kesenangan, biasanya rakyat dilupakan begitu saja!
Di bagian manapun di dunia ini, setiap kali terjadi perang, rakyat jelatalah yang menderita
paling hebat.

Di dalam masa yang keruh ini, bermunculan oknum-oknum yang mempergunakan kesempatan melampiaskan nafsu-nafsu jahatnya. Perampokan-perampokan, penculikan dan fitnah yang diakhiri pelaksanaan hukum rimba bermunculan dimana-mana. Sudah lazim bahwa dalam setiap menghadapi sebuah peristiwa, bermacam-macamlah pendapat orang. Karena setiap buah kepala orang mengandung pendapat berlainan, bahkan celakanya berlawanan, maka inilah yang menjadi sebab timbulnya pertentangan yang

0 komentar:

Posting Komentar