Kamis, 30 Mei 2013

pedang kayu harum [24 ]

menyerahkan nyawa, tidak hendak melakukan perlawanan. Mengapa sekarang engkau
menentang kami? Apakah engkau sudah melupakan kegagahanmu dan hendak melakukan
perlawanan. Mengapa sekarang engkau menentang kami? Apakah engkau sudah melupakan
kegagahanmu dan hendak mampus sebagai seorang pengecut rendah yang menarik kembali
ucapannya yang masih terdengar gemanya?"

Sin-jiu Kiam-ong tertawa, kemudian menjawab, "Hemmm, kalian Bu-tek Sam-kwi dengarlah
baik-baik! Aku sama sekali tidak pernah berjanji kepada kalian bertiga! Aku berjanji kepada
sembilan orang yang mewakili partai-partai yang pernah ku ganggu. Aku berhutang kepada
mereka, maka kini aku bersedia membayar dengan nyawaku. Pedang Siang-bhok-kiam ini
sama harganya dengan nyawaku, maka kalau kalian bertiga datang hendak memperoleh
Siang-bhok-kiam, harus lebih dulu dapat merampas nyawaku!"

"Bagus! Sin-jiu Kiam-ong manusia sombong yang sudah hampir mampus! Kami masih suka
bicara denganmu karena mengingat bahwa engkau setingkat dengan kami. Jangan sekali-kali
mengira bahwa kami takut kepadamu!" bentak Ang-bin Kwi-bo marah.

"Heh-heh-heh, Kwi-bo, dahulu, setengah abad yang lalu, engkau cantik jelita dan memiliki
kesukaan yang sama dengan aku, yaitu berenang dalam lautan asmara. Akan tetapi sekarang,
heh-heh-heh, engkau buruk sekali.......!"

"Gila....!" Ang-bin Kwi-bo menerjang dengan kedua tangannya dan sepuluh buah kuku
runcing mengandung racun dahsyat itu sudah mencakar ke arah Sin-jiu Kiam-ong. Kakek ini
menggoyang pergelangan tangannya, sinar hijau berkelebat dan si nenek memekik keras dan
cepat menarik kembali kedua tangannya yang dari kedudukan menyerang berbalik terancam
dibabat buntung oleh Siang-bhok-kiam! Dua orang kawannya tidak tinggal diam. Mereka
sudah menerjang maju dan terjadilah pertempuran yang lebih dahsyat lagi dari pada tadi.
Sembilan orang sakti yang menonton, hampir berbarengan mengeluarkan seruan-seruan
kagum. Mereka adalah orang-orang sakti maka dengan pandang mata mereka yang terlatih ,
mereka dapat menikmati dan mengagumi permainan pedang Sin-jiu Kiam-ong yang benar-
benar belum pernah mereka saksikan keduanya di dunia ini. Juga mereka merasa ngeri karena
setelah kini mereka dapat mengikuti sepak terjang tiga orang iblis itu yang benar-benar luar
biasa dan amat berbahaya.

Bagi Keng Hong, tentu saja penglihatan pada saat itu lain lagi. Ia tidak melihat lagi Sin-jiu
Kiam-ong dan tiga orang iblis. Bayangan mereka sudah lenyap. Yang tampak olehnya
hanyalah segulung sinar hijau se3perti seekor naga bermain-main diantar mega-mega yang
beraneka warna, ada mega hitam, ada yang putih dan ada yang kemerahan. Pandang matanya
berkunang dan kepalanya menjadi pening sehingga Keng Hong terpaksa harus memejamkan
matanya. Kalau dia membuka matanya, dia menjadi silau dan berkunang lagi.

Terpaksa dia meramkan terus matanya, dan hanya mendengarkan dengan telinganya. Yang
terdengar hanya lengking dan suara bercuitan, tidak tahu dia bagaimana jalannya
pertandingan itu, siapa yang menang dan siapa yang kalah.

Jangankan bagi mata Keng Hong yang tidak terlatih, bahkan sembilan orang sakti yang sudah
tinggi tingkat kepandaiannya itu pun menjadi silau dan pening. Makin lama gerakan Sin-jiu
Kiam-ong dan tiga orang lawannya, terutama sekali gerakan Raja Dewa Lengan Delapan,
makin cepat sehingga sukar diikuti pandangan mata lagi. Sinar pedang Siang-bhok-kiam yang
hijau itu mendadak menjadi lebar sekali ketika terdengar Sin-jiu Kiam-ong membentak, dan
tampaklah sinar hijau mencuat ke tiga jurusan seperti bercabang, disusul pekik kesakitan tiga
orang iblis. Namun tampak jelas oleh sembilan orang itu betapa ujung pedang Siang-bhok-
kiam berhasil melukai dada ketiga orang iblis, dan sebaliknya, pipi kanan Sin-jiu Kiam-ong
terkena guratan kuku tangna Ang-bin Kwi-bo dan punggungnya terkena gebukan sebuah
tengkorak yang terbang membalik dan seolah-olah mencium punggung kakek itu. Sin-jiu

0 komentar:

Posting Komentar