Rabu, 22 Mei 2013

pedang kayu harum [ 10 ]

senang sekali dengan ujar-ujar dalam agamamu, seperti ini:
"Langit tiada perikemanusiaan segala benda dianggap sebagai korban. Orang suci tiada
perikemanusiaan semua orang dianggap sebagai korban. Ruang antara Langit dan Bumi
tiada ubahnya seperti hembusan! Kosong namun tak pernah berkurang makin besar gerakan
makin besar tiupan! Banyak bicara sering kali penghamburan tenaga lebih baik menjaga
kejujuran!"

"Sin-jiu Kiam-ong, selain kekanak-kanakan engkau pun masih memiliki kesombongan!
Menggunakan ayat suci kitab To-tik-kheng untuk menghantam seorang tosu seperti pinto
(aku)! Sungguh menyebalkan. Kiam-ong, ketahuilah bahwa pinto adalah Kok Cin Cu, utusan
dari Kong-thong-pai. Jangan engkau pura-pura lupa betapa dahulu engkau pernah membunuh
lima orang anak murid Kong-thong-pai. Kedatangan pinto ini mewakili lima orang tua Kong-
thong-pai untuk menagih hutang. Kami bukan orang-orang yang haus darah, akan tetapi sudah
cukup adil kiranya kalau engkau menyerahkan pedang Siang-bhok-kiam untuk menebus
dosamu terhadap kami."

Sin-jiu Kiam-ong mengangguk-angguk. "Ah, jadi Toyu ini seorang diantara Kong-thong Ngo-
lojin (Lima Kakek kong-thong-pai) yang tersohor hebat sekali ilmu kepandaiannya, yang
puluhan tahun lamanya melatih diri dan kini kabarnya mencapai tingkat yang sukar dicari
bandingnya? Bagus, bagus! Kabarnya Thian-te Sam-lo-mo (Tiga Iblis Tua Langit Bumi) yang
menjadi tiga datuk sesat terbesar diseluruh dunia, juga merasa jerih untuk mengganggu Kong-
thong-pai karena ada kalian lima kakek sakti! Dan kini seorang diantara mereka memberi
kehormatan kepadaku? Ha..ha...ha, Kok Cin Cu toyu, engkau ini kakek yang ke berapakah?"

"Yang empat lain adalah para suhengku (kakak seperguruan)".

"Ah, jadi yang termuda? Yang tua-tua agaknya masih enggan merendahkan diri, akan tetapi
aku percaya yang termuda sekalipun tentu memiliki kesaktian luar biasa. Namun sayang,
Toyu, aku tidak dapat menyerahkan pedang ini kepadamu."

"Kalau begitu, perhitungan lama harus diselesaikan dengan mengadu ilmu!"

"Begitukah wawasanmu Toyu? Agaknya Toyu masih belum tahu ataukah pura-pura tidak tahu mengapa dahulu lima orang anak murid Kong-thong-pai tewas di tanganku? Kami telah bentrok di
tempat judi! Aku yang sudah terkenal sebagai seorang pengejar kesenangan di waktu muda,
tak usah disebut-sebut lagi mengapa aku berada di tempat judi, akan tetapi lima orang tosu
muda Kong-thong-pai, main-main di tempat judi yang dilayani para pelacur? Apakah mereka
itu berada di sana untuk berceramah tentang kebatinan?”
“Ah, betapa banyaknya orang-orang yang pada lahirnya berpura-pura menjadi orang suci
namun batinnya kotor melebihi orang-orang yang mereka anggap sesat dan jahat. Karena
pernyataan dan teguranku, mereka marah dan kami berkelahi. Di dalam perkelahian ada yang
menang dan ada yang kalah, yang menang hidup yang kalah luka atau mati, apakah yang aneh
dalam hal itu? Kalau Toyu menganggapnya suatu penasaran dan kini hendak mengulang
kesalahan mereka, menantangku terserah."

Wajah tosu itu menjadi merah, kemudian menjawab, suaranya keren, "Sebagai tokoh Kong-
thong-pai, tak mungkin pinto mendengarkan keterangan satu fihak saja. Untuk minta
keterangan anak murid kami yang tewas, tak mungkin. Yang jelas, anak murid Kong-thong-
pai selalu menjunjung kebenaran, adapun nama Sin-jiu Kiam-ong, siapakah tidak
mengenalnya dan mengetahui orang macam apa? Kami Kong-thong Ngo-lojin berkewajiban
membela nama Kong-thong-pai. Sin-jiu Kiam-ong, bersiaplah dan mari kita mulai!"

"Engkau yang berniat mengadu ilmu, engkaulah pula yang mulai, Toyu. Aku siap
melayanimu!"

Tosu ini melangkah maju. Ia bertangan kosong dan dia menjura ke arah Sin-jiu Kiam-ong
sambil berkata, "Pinto menghormat usiamu yang lebih tua. Karena dahulu engkau membunuh

0 komentar:

Posting Komentar