Sabtu, 25 Mei 2013

pedang kayu harum [ 17 ]

duduk diatas punggung seekor kerbau besar, begitu penuh kedamaian dan ketenangan, sejenak
Sin-jiu Kiam-ong tercengang kagum. Kemudian dia menghela napas panjang dan berbisik.
"Engkau telah menjadi pikun, terlalu tua! Dimana bisa terdapat orang begitu bersih hatinya
sehingga tercermin pada tiupan sulingnya? Hanya seorang bocah yang akan sanggup meniup
suling seperti itu. Di dunia ini mana terdapat orang yang hatinya bersih melebihi hati seorang
bocah?" Ia lalu melangkah masuk ke dalam hutan mawar kembali sambil menggeleng-geleng
kepala dan mencela kebodohan sendiri. Tak lama kemudian dia sudah susuk bersila lagi, akan
tetapi sekali ini dia tidak bersamadhi, melainkan memasang pendengarannya menikmati
alunan lagu yang terhembus keluar dari lubang-lubang suling.

Kakek ini tahu bahwa berturut-turut telah datang sembilan orang sakti yang sebulan yang lalu
telah mengunjunginya di Kiam-kok-san, akan tetapi dia tidak perduli, bahkan pura-pura tidak
tahu dan masih menikmati alunan suara suling yang terdengar sayup sampai. Ia seperti orang
terpesona dan tenggelam dalam hikmat suara itu, yang membawanya melayang-layang
kemblai kepada masa mudanya dan diam-diam dia menyesali diri sendiri. Sungguh dia harus
merasa malu bahwa diambang kematiannya, karena memang dia telah mangambil keputusan
untk menyerahkan nyawanya tanpa melawan kepada sembilan orang ini, belum pernah dia
melakukan jasa sedikit pun selama hidupnya. Bahkan sebaliknya, dia selalu hidup mengejar
kesenangan, bergelimang dalam cinta kasihnya dengan banyak waita yang dibalasnya hanya
karena dorongan nafsu berahi. Belum pernah selama hidupnya dia menjatuhkan hati, mencinta
seorang wanita dengan murni. Betapa dia hidup secara berandalan, tidak mau membedakan
antara baik dan buruk, ugal-ugalan, merampas kitab-kitab dan benda-benda pusaka,
mendatangi jagaoan-jagoan hanya untuk memuaskan nafsunya ingin menang, menyerbu
partai-partai persilatan untuk mengalahkan ketua-ketuanya.

Sungguhpun dia semenjak dahulu selalu tidak mempunyai niat menjahati orang lain, namun wataknya yang ugal-ugalan tanpa dia sadari telah menyakitkan hati banyak orang. Kini datanglah penyesalan dan makin dia perhatikan suara suling yang mengalun merdu itu makin terharulah haitnya. Perlahan-lahan suara suling itu makin melemah, kemudian terhenti seolah-olah peniupnya sudah merasa bosan dan lelah, seperti dia yang merasa bosan untuk hidup lebih lama lagi, sudah lelah untuk berurusan dengan dunia yang lebih banyak deritanya daripada senangnya.
Setelah suara suling terhenti, Sin-jiu Kiam-ong mengangkat mukanya. Pandang matanya
menyapu para pengunjung yang sudah berdiri berjajar di depannya dalam keadaan siap siaga,
dengan senjata di tangan masing-masing karena mereka itu kini datang untuk bertindak,
bukan untuk bicara lagi. Semua mata sembilan orang itu ditujukan ke arah Siang-bhok-kiam
yang menjadi pusat perhatian dan yang sesungguhnya merupakan sebab utama kunjungan
mereka.

"Ahhh, kalian sudah datang? Nah, aku pun sudah siap. Sekarang aku tidak akan melawan , kalau hendak bunuh aku, lakukanlah cepat-cepat. Akan tetapi, karena yang membunuhku
berhak memiliki Siang-bhok-kiam maka lebih dahulu hendak kujelaskan kegunaan pedang
ini." Kakek itu mengambil pedang kayu dari depannya. Pedang ini terbuat dari kayu yang
jarang terdapat di dunia ini, karena kayu itu adalah kayu harum yang terdapat di dekat Puncak
Pegunungan Himalaya di dunia barat. Dalam perantauannya, Sin-jiu Kiam-ong mandapatkan
pedang itu sebagai anugerah dari seorang pertapa India yang sudah mendekati saat terakhir.
Kayu dari sebatang pohon yang mungkin hanya ada beberapa batang saja di seluruh puncak
Himalaya. Kayu yang amat harum baunya, dan keras laksana baja. Akan tetapi selain harum
juga kayu ini merupakan obat penolak segala pengaruh racun. Barang beracun apa saja apabila
tersentuh kayu ini seolah-olah terhisap racunnya dan tidak berbahaya lagi.

"Siang-bhok-kiam ini adalah sahabatku selama puluhan tahun," ia berkata sambil menarik
napas panjang dan mencium pedang itu dengan ujung hidungnya. "Bukan hanya merupakan
pedang wasiat yang amat keramat, juga pemilik pedang ini akan dapat membuka rahasia
tempat penyimpanan seluruh milikku, dari kitab-kitab pusaka berisi pelajaran ilmu-ilmu yang

0 komentar:

Posting Komentar