Sabtu, 25 Mei 2013

pedang kayu harum [22 ]

menyerangnya dengan senjata yang amat luar biasa, yaitu.....rambutnya! Rambut yang gimbal
kasar panjang ini bagaikan ratusan ekor ular menerjangnya, mengeluarkan suara seperti anak
panah menyambar dan didahului bau amis seperti ular beracun. Cepat Sin-to Gi-hiap memutar
goloknya untuk menjaga diri, namun sebagian daripada rambut itu mengulung goloknya dan
sebagian lagi terus menyambar ke arah lehernya!

Pada saat itu terdengar seruan keras, "Omitohud!" dan kedua orang Siauw-lim-pai yaitu Thian
Ti Hwesio dan Thian Kek Hwesio telah menerjang secara berbarengan. Thian Ti Hwesio
menggunakan Liong-cu-pang menghantam kepala nenek itu, sedangkan Thian Kek Hwesio
menggerakkan jubahnya menangkis ke arah rambut yang mengancam nyawa Sin-to Gi-hiap!
Sambil terkekeh aneh Ang-bin Kwi-bo menarik kembali rambutnya dan melangkah mundur
kemudian ia mengulur kedua lengan, lengan kiri menyampok Liong-cu-pang sehingga hampir
saja terlepas dari pegangan Thian Ti Hwesio, sedangkan lengan kanannya melingkar di depan
dada.

Kini sepuluh buah kuku jari tangan nenek itu sudah berubah makin menghitam dan jari-jari
tangan itu bergerak-gerak aneh, amat mengerikan. Betapapun juga, dua orang tokoh Siauw-
lim-pai bersama Sin-to Gi-hiap tidak menjadi gentar dan siap-siap mengurungnya.
Pendekar-pendekar tua yang lain tidak tinggal diam. Sungguhpun tidak ada yang memimpin
dan tidak ada komando, mereka sudah menerjang maju. Kiu-bwe Toa-nio bersama dua orang
tokoh Hoa-san-pai sudah maju mengurung Pak-san Kwi-ong. Kiu-bwe Toanio menggerak-
gerakkan cambuk berekor sembilan yang mengeluarkan suara ledakan-ledakan kecil,
sedangkan kedua orang tokoh Hoa-san-pai itu sudah menyatukan pedang mereka.

Adapun sepasang suami istri piauw-su, yaitu Hek-houw Tan Kai Sek dan isterinya, bersama
Kok Cin Cu tokoh lihai Kong-thong-pai, telah mengurung Pat-jiu Sian-ong yang tampak
tenang-tenang saja. Si kate kepala besar ini hanya mengebut-ngebutkan hudtim di tangannya
seperti orang mengusir lalat, namun hudtim yang dikebut-kebutkan perlahan-lahan itu
mengeluarkan suara bersiuatan seolah-olah datagn angin topan yang dahsyat! Suara ini
diimbangi oleh suara menderu yang keluar dari rantai yang ujungnya ada sepasang
tengkoraknya, yaitu senjata yang kini diayun-ayun oleh Pak-san Kwi-ong.

Keng Hong menonton dengan jantung berdebar-debar. Sungguh keadaan telah berubah amat
mengherankan. Sembilan orang yang tadinya saling bertanding dan lenyap bayangannya
terganti oleh sinar-sinar berkelebatan, kini bersatu padu menghadapi tiga orang manusia iblis
yang mengerikan. Biarpun mereka itu belum saling serang, namun keadaan sudah amat
menegangkan. Ketika Keng Hong melirik ke arah kakek tua renta yang duduk bersila, dia
melihat betapa Sin-jiu Kiam-ong masih duduk diam tak bergerak, namun senyum mengejek di
bibirnya kini tidak tampak lagi dan kedua mata yang tadinya dipejamkan kini terbuka. Keng
Hong terkejut karena sepasang mata kakek tua renta itu mengeluarkan sinar yang berkilat!
Akan tetapi perhatian Keng Hong segera tertarik oleh pertandingan yang sudah dimulai.
Begitu dia mengalihkan pandang matanya, dia menjadi pening.

Pertandingan sekali ini
ternyata lebih hebat dan cepat daripada tadi. Bayangan-bayangan manusia berkelebatan, sukar
dia kenal bayangan siapa, berkelebatan cepat di antara sinar-sinar terang dan gulungan-
gulunga uap hitam, dan terdengar suara bermacam-macam yang menusuk-nusuk telinga,
selain itu tercium bau yang amis dan keras memuakkan. Namun, pertandingan itu berjalan
sebentar saja. Terdengar kekeh tawa Ang-bin Kwi-bo diseling gelak tawa Pak-san Kwi-ong,
disusul suara senjata-senjata patah dan tubuh sembilan orang pengeroyok itu terpelanting lagi
ke kanan kiri, namun sekali ini agak keras, bahkan terbanting ke tanah.

Ketika sinar-sinar itu lenyap, Keng Hong melihat betapa sembilan orang itu ada yang
terbanting roboh, ada yang terhuyung-huyung ke belakang. Mereka ini menyeringai kesakitan
dan bangkit bangun lagi dengan wajah pucat.

Pecut sembilan ekor di tangan Kiu-bwe Toanio kini tinggal lima ekornya, Liong-cu-pang di
tangan Thian Ti Hwesio semplak bagian ujung yang bulat, jubah di tangan Thian Kek Hwesio

0 komentar:

Posting Komentar