Kamis, 30 Mei 2013

pedang kayu harum [27 ]

nyanyiannya yang nyaring. Bocah ini memang memiliki suara yang nyaring dan cukup
merdu. Akan tetapi karena dia ingin mangejek orang-orang yang mengganggu kakek tua itu,
dia teringat akan bunyi ujar-ujar dalam kitab-kitab kuno yang dibacanya, yang dia lupa lagi
entah dari kitab mana, kemudian dia menyanyikan ujar-ujar itu dengan lagu yang dikarangnya
sendiri sejadi-jadinya:

"Mengerti akan orang lain adalah bijaksana pikirannya, mengerti akan diri pribadi adalah
waspada batinnya!
Menaklukkan orang lain adalah perkasa tubuhnya, Menaklukkan diri pribadi adalah kokoh
kuat batinnya!
Merasa puas dengan keadaannya berarti kaya raya, memaksakan kehendak kepada orang
lain berarti nekat!
Tahan tanpa derita berarti terus berlangsung, mati tapi tidak musnah berarti panjang usia!"
Karena banyak membaca kitab-kitab kuno tanpa mengerti betul maknanya,

bocah ini lupa
bahwa yang dinyanyikannya adalah ujar-ujar dalam kitab Totik-khing yang menjadi pegangan
penganut Agama To dan tidak tahu bahwa ujar-ujar itu mengandung makna yang amat dalam.
Akan tetapi sebagian daripada kata-kata itu kena betul dan mengejek mereka semua yang
berada di situ, tidak hanya tiga orang manusia iblis, bahkan juga sembilan orang sakti yang
kini sudah tidak lagi terpengaruh suara-suara tiga iblis yang dikacau oleh Keng Hong dan
yang mendengarkan dengan mata terbelalak.

Mereka ini, sembilan orang gagah tokoh kang-ouw, mengerti bahwa Sin-jiu Kiam-ong
tertolong nyawanya. Tadinya, setelah tiga orang iblis itu menambah penyerangan mereka
dengan suara-suara menekan, kakek itu sudah terdesak hebat sekali dan sewaktu-waktu pasti
akan roboh binasa. Kini, karena suara itu diganggu, Sin-jiu Kiam-ong kembali dapat menekan
mereka tiga orang lawannya.

Tiga orang iblis itu marah sekali. Mereka menghentikan suara mereka dan sambil berseru
marah mereka itu lalu meloncat ke depan, menubruk Sin-jiu Kiam-ong. Kakek ini dalam
keadaan masih bersila, juga mengeluarkan seruan panjang, tubuhnya mencelat ke atas
menyambut terjangan ke orang lawan. Pertemuan hebat terjadi di udara dan terdengar suara
nyaring bertemunya senjata disusul jeritan kesakitan tiga orang manusia iblis itu yang
terpelanting ke kanan kiri. Kakek itu pun melayang turun lagi dan berdiri tegak dengna
pedang Siang-bhok-kiam di tangan. Tiga orang manusia iblis itu pucat wajahnya, kulit leher
mereka bertiga lecet dan terluka oleh guratan Siang-bhok-kiam. Setelah memandang sejenak,
mereka itu membalikkan tubuh dan dengan hanya beberapa kali loncatan saja ketiganya sudah
lenyap dari tempat itu.

Kiranya mereka kini menjadi jerih jarena maklum bahwa mereka
bertiga tidak akan dapat menenangkan Sin-jiu Kiam-ong sungguhpun selisihnya hanya sedikit
saja. Mereka menyesal mengapa tidak mengundang Lam-hai Sin-ni (Wanita Sakti Laut
Selatan) yang menjadi orang keempat dari Bu-tek Su-kwi!
Setelah tiga orang manusia iblis itu lenyap dari tempat itu, Sin-jiu Kiam-ong menarik nafas
panjang dan tiba-tiba dia terhuyung-huyung lalu roboh! Dengan gerakan lemah kakek ini lalu
bangkit dan duduk bersila, wajahnya pucat, nafasnya terengah-engah dan tiba-tiba dari
mulutnya menetes-netes darah segar!

Sembilan orang tokoh sakti yang melihat keadaan kakek ini, maklum bahwa Sin-jiu Kiam-ong
sudah terluka parah dan mereka melihat kesempatan yang amat baik untuk merampas pedang
Siang-bhok-kiam yang masih berada di dalam genggaman Sin-jiu Kiam-ong. Agaknya
mereka itu sudah dapat menerka isi hati masing-masing, karena seperti mendapat komando,
sembilan orang itu lalu bergerak maju menghampiri Sin-jiu Kiam-ong. Terdengar kakek itu
tertawa di balik batu, lalu berkata.

"Ha-ha-ha..., kalian hendak mengambil Siang-bhok-kiam? Sudah kukatakan, aku tidak akan
melawan, apalagi dalam keadaan seperti ini...uh-huh...Bu-tek Sam-kwi benar-benar

0 komentar:

Posting Komentar