Sabtu, 25 Mei 2013

pedang kayu harum [ 15 ]

dan keluarga Cia ini terbasmi habis ketika gerombolan perampok yang muncul di waktu
perang saudara ini menyerbu dan merampok serta membasmi seluruh penduduk Kwi-bun.
Karena lurah dusun ini melakukan perlawanan, maka semua keluarganya terbasmi habis.
Keng Hong yang kebetulan pada saat itu ikut menggembala kerbau bersama seorang pelayan
di luar dusun, selamat terbebas daripada bencana maut. Dalam keributan ini muncullah Kiang
Tojin, tosu yang menjadi murid kepala Thian Seng Cinjin. Tosu ini sedang melakukan
perjalanan merantau dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendekar dan penyebar
Agama To. Melihat perbuatan keji para perampok di dusun Kwi-bun, dia cepat menggunakan
kepandaiannya menolong penduduk dan berhasil mengusir para perampok. Kemudian oleh
Kiang Tojin yang amat tertarik melihat Keng Hong, anak itu diajak ke Kun-lun-san dan disitu
Keng Hong bekerja sebagai seorang kacung. Sebetulnya, Keng Hong hendak dijadikan murid
Kun-lun-pai, akan tetapi bocah ini tidak mau menjadi tokong (calon tosu). Pada waktu itu,
murid Kun-lun-pai haruslah seorang calon yang memegang keras peraturan, yaitu setiap orang
murid Kun-lun-pai haruslah seorang calon tosu.

Karena penolakannya ini, Keng Hong yang sudah tidak mempunyai keluarga itu bekerja
sebagai seorang kacung. Dia rajin sekali, semua pekerjaan dia pegang, apa saja yang
diperlukan, tanpa diperintah dia kerjakan. Mengisi tempat air, membersihkan kuil, menyapu
lantai dan kebun, merawat bunga, bahkan menggembala kerbau milik kuil yang dipergunakn
untuk meluku sawah, semua dia kerjakan dengan tekun dan rajin. Di malam hari, karena para
tosu yang sayang kepadanya membolehkannya, dia memasuki kamar perpustakaan dan
membaca kitab-kitab. Semenjak kecil, di rumah ayahnya dahulu, Keng Hong telah
mempelajari ilmu kesusasteraan sesuai dengan kehendak ayahnya yang ingin melihat dia
kelak menjadi seorang terpelajar agar dapat memperoleh kedudukan tinggi. Kitab-kitab
tentang filsafat kebatinan, pelajaran-pelajaran Tao, juga kitab-kitab pelajaran dasar ilmu silat
Kun-lun, semua dia baca. Tentu saja karena tidak ada gurunya, dia hanya bisa membaca tanpa
dapat menangkap jelas inti sarinya.

Kerajinannya dan sifatnya yang pendiam membuat para tosu suka kepadanya. Bahkan Thian
Seng Cinjin sendiri yang melihat sifat-sifat baik anak ini, memujinya dan diam-diam merasa
kecewa mengapa anak yang berbakat baik ini tidak suka menjadi calon tosu. Di lain fihak,
Keng Hong paling segan dan takut melihat Thian Seng Cinjin. Ia melihat sesuatu yang aneh
dan penuh wibawa pada diri tosu tua ini, baik gerak-geriknya, dari suaranya dan terutama
sekali dari pandang matanya yang tenang penuh kesabaran dan seolah-olah dapat menjenguk
isi hatinya itu.

Dia sedang membersihkan daun-daun pintu dan jendela yang terkena debu ketika Thian Seng
Cinjin dan anak muridnya berkumpul di ruangan belajar. Karena dia tidak diusir dan memang
dia bekerja tanpa mengeluarkan suara, maka Keng Hong dapat melihat dan mendengar semua.
Suasana di ruangan belajar itu amat hening dan para murid mendengarkan wejangan guru
mereka dengan penuh hormat dan kesungguhan, membuat Keng Hong makin hati-hati agar
tidak mengganggu, namun dia kadang-kadang sampai lupa akan pekerjaannya karena
mendengar hal-hal yang amat menarik hatinya. Ia mendengarkan terus.

"Suhu, di puncak Kiam-kok-san telah terjadi keributan," demikian Kiang Tojin, penolongnya
dan merupakan tosu yang paling dihormati dan dicintai Keng Hong, berkata melapor.
"Agaknya Sin-jiu Kiam-ong sudah kumat lagi watak mudanya yang suka akan keributan.
Menurut pelaporan para murid Suhu, ada sembilan orang tokoh kang-ouw, termasuk dua
orang hwesio Siauw-lim-pai, dua orang tokoh Hoa-san-pai dan seorang tosu Kong-thong-pai,
mendatanginya untuk minta pedang Siang-bhok-kiam. Mereka dilayani oleh Sin-jiu Kiam-ong
yang berjanji sebulan lagi akan menanti mereka di hutan mawar sebelah selatan di kaki
gunung. Mohon keputusan Suhu karena keributan ini terjadi di wilayah kita."

"Siancai..., siancai....! Sie-taihiap (pendekar besar she sie) semenjak dahulu selalu mengejar
kesenangan dan ketegangan. Namun harus diakui bahwa di balik kebiasaannya yang buruk itu

0 komentar:

Posting Komentar