Kamis, 30 Mei 2013

pedang kayu harum [ 25 ]

Kiam-ong terhuyung ke belakang, akan tetapi tiga orang lawannya juga mencelat sampai tiga
tombak jauhnya.

Mereka kini berdiri saling pandang, tak bergerak. Tiga orang iblis itu terengah-engah,
pandang mata mereka beringas, mulut menyeringai. Tiga orang iblis ini diam-diam merasa
girang sekali. Sin-jiu Kiam-ong telah terkena luka beracun. Racun-racun di kuku Ang-bin
Kwi-bo amat hebatnya, dan racun di tengkorak Pak-san Kwi-ong juga tak kalah ampuhnya.
Kalau mereka bertanding lagi, amatlah sukar mengalahkan kakek itu yang benar-benar patut
berjuluk Raja Pedang karena permainan pedangnya memang hebat di samping pedang itu
sendiri amat ampuh. Akan tetapi kalau mereka mengadu sinkang pengerahan tenaga sakti
akan membuat racun itu menjalar hebat dan akan membunuh Sin-jiu Kiam-ong! Dada mereka
terkena tusukan ujung pedang Siang-bhok-kiam, namun karena tubuh mereka kebal dan luka
itu tidak terlalu dalam, juga tidak mengandung racun, mereka tidak khawatir untuk
mengerahkan seluruh sinkang di tubuh mereka.

"Sin-jiu Kiam-ong, bersiaplah untuk mampus!" bentak Pak-san Kwi-ong, yang sudah
menekuk kedua lututnya, berdiri setengah jongkok,kemudian setelah dia melibatkan senjata
rantai di pinggangnya raksasa hitam ini mendorongkan kedua lengan sambil mengerahkan
tenaga sinkang. Itulah pukulan jarak jauh yang mengandalkan Iweekang yang sudah
sempurna, dikendalikan oleh sinkang(hawa sakti) untuk memukul lawan dari jarak jauh. Pada
saat yang bersamaan, Ang-bin Kwi-bo yang tadi memutar-mutar kedua lengannya hingga
terdengar suara berkerotokan, kedua lengannya menggigil kini mendorong lengan kanan ke
depan sedangkan lengan kirinya diangkat lurus ke atas dengan telapak tangan menghadap ke
atas. Pat-jiu Sian-ong sudah menancapkan hudtimnya di pinggang, kemudian kedua
tangannya bergerak-gerak mendorong ke depan. Berbeda dengan kedua kawannya yang
mendorong dan mengerahkan sinkang tanpa menggerakkan lengan, kakek kate ini terus-
menerus menggerak-gerakkan kedua lengan dengan telapak tangan menghadap ke arah Sin-
jiu Kiam-ong dan melakukan gerakan-gerakan memukul dengan telapak tangan. Terdengar
bunyi "wut-wut-wut" dari kedua telapak tangan itu.

Sin-jiu Kiam-ong masih tersenyum. Ia maklum bahwa lawan-lawannya hendak mengadu
sinkang. Dia berjuluk Sin-jiu(Tangan Sakti) di samping Kiam-ong(Raja Pedang). Ia maklum
bahwa lukanya yang mengandung racun itu merugikannya dalam mengadu sinkang , namun
karena tiga orang lawannya sudah siap menantang, dia sebagai seorang yang berjuluk Sin-jiu,
bagaimana mungkin akan menolak? Penolakan mengadu singkang berarti memperlihatkan
rasa jerih, maka sambil tersenyum dia pun lalu duduk bersila dan begitu tiga orang lawan itu
menggerakkan lengan, dia pun lalu mendorong ke depan dengan kedua lengannya,

menghadapi lawan. Segera terasa olehnya tenaga gabungan lawan menyerangnya. Ia
mengerahkan sinkang, disalurkan ke dalam kedua lengannya, berkumpul di kedua telapak
tangannya dan ketika dia mendorong, serangkum tenaga dahsyat menerjang ke depan dan
menahan angin pukulan tiga orang lawannya.

Kalau sembilan orang tokoh kang-ouw itu memandang dengan hati penuh ketegangan, Keng
Hong memandang dengan melongo dan hati penuh keheranan. Apakah yang mereka lakukan,
pikirnya. Sungguh lucu. Mengapa mereka itu diam tak bergerak seperti patung dengan lengan
diluruskan ke arah lawan, hanya kakek kate itu saja yang menggerak-gerakkan kedua lengan,
mendorong-dorong angin kosong? Apakah mereka itu sedang bermain-main? Ataukah mereka
sudi sedemikian tuanya sehingga menjadi pikun atau kehabisan tenaga setelah pertandingan
yang serba cepat tadi?

Tiba-tiba terdengar suara "trik-trik-trik!" terus-menerus, makin lama makin nyaring. Kiranya
suara itu keluar dari kuku-kuku jari tangan Ang-bin Kwi-bo yang sengaja sambil mendorong
menyentil-nyentil antara kuku-kukunya sendiri. Sehingga mengeluarkan bunyi seperti itu.
Beberapa detik kemudian suara itu disusul oleh suara menggereng keras yang keluar dari
kerongkongan mulut Pat-san Kwi-ong yang terbuka. Suara gerengan yang rendah, namun

0 komentar:

Posting Komentar