Rabu, 22 Mei 2013

pedang kayu harum [ 4 ]

sebagai seorang pendekar wanita yang selain lihai juga cantik dan terutama sekali angkuh
sehingga engkau menolak semua pinangan pria, membuatmu masih perawan dalam usia
hampir tiga puluh. Akupun ketika itu masih muda belum lima puluh tahun. Aku tergila-gila
kepadamu, menggunakan kepandaian memasuki kamarmu dan memperkosamu. Akan tetapi ,
heh Lu Sian Cu! Lupakah engkau betapa engkau kemudian menerimaku dengan penuh
kehangatan betapa engkau menangis dan merengek-rengek ketika hendak kutinggalkan?
Lupakah engkau betapa engaku sama sekali tidak menaruh dendam atas perbuatanku yang
juga menyenangkan hatimu itu? Mengapa kini engkau membalik dan memutar lidah?"

"Cih, laki-laki tak berjantung! Setelah perbuatan kejimu itu, bagaimana aku dapat menerima
pria lain? Aku telah menyerahkan raga dan jiwa, akan tetapi engkau menolak dan
meninggalkanku pergi! Engkau telah mempermainkan cintaku. Seharusnya engkau menjadi
suamiku, akan tetapi engkau mengejek dan minggat. Keparat, dendamku sedalam lautan
setinggi langit!"

"Ha-ha-ha, engkau mau menang sendiri, Sian Cu. Dahulu pun kau sudah tahu bahwa aku
adalah seorang yang selalu ingin bebas, bebas dari golongan, bebas dari segala ikatan
termasuk ikatan rumah tangga! Memang aku telah berbuat jahat, memperkosamu, namun kita
bersama, engkau dan aku, telah menikmatinya bersama dan hal yang menyenangkan orang
lain mana bisa kausebut sebagai hal yang menyakitkan hati orang itu?"

"Sie Cun Hong! Tak perlu banyak cakap lagi. Serahkan pedangmu itu atau serahkan
nyawamu!" Sambil berseru begini, nenek itu lalu mengeluarkan senjatanya yang
menyeramkan. Senjata ini berupa cambuk berwarna hitam, akan tetapi bukan sembarang
cambuk karena pada ujungnya terpecah menjadi sembilan dan setiap ujung diberi baja pengait
seperti mata kail. Inilah senjata cambuk sembilan ekor yang telah membuat nama nenek ini
tersohor di dunia kang-ouw, karena jarang ada lawan yang dapat bertahan menghadapi
senjatanya yang istimewa itu. Dan senjata itu pula yang mebuat nenek ini dijuluki Kiu-bwe
Toa-nio (Nyonya Besar Berekor Sembilan), sebuah nama besar yang ditakuti para penjahat,
seorang pendekar wanita tua yang ganas dan keras hati terhadap penjahat. Telah puluhan
tahun lamanya ia dikenal sebagai Kiu-bwe Toanio dan baru sekarang tokoh-tokoh lain yang
hadir disitu mendengar disebutnya namanya oleh kakek itu, yaitu Lu Sian Cu!

"Tar-tar-tar...!" Cambuk hitam itu melecut-lecut di udara dan mengeluarkan suara meledak-
ledak. "Sie Cun Hong! Apakah engkau masih membandel dan tidak mau menyerahkan
pedangmu?"

"Ha-ha-ha, engkau masih bersemangat dan galak. Tubuhku sudah tua, semangatku pun sudah
melempem, kalau kau hendak menolongku bebas dari tubuh tua dan dunia ini, nah,
lakukanlah, Lu Sian Cu!"

Nenek itu mengeluarkan suara teriakan melengking panjang, lengking yang memekakkan
telinga, yang mengandung rasa duka, kecewa, menyesal dan benci karena cinta ditolak.
Cambuknya menyambar ke depan dan tiga buah diantara sembilan ekor itu sudah meluncur ke
arah sepasang mata dan ubun-ubun kepala. kakek itu masih duduk bersila, kini tangan kirinya
diangkat, jari-jari tangannya bergerak menyentil tiga kali.

"Tring-tring-tring....!"

"Aiiihhh.....!" Kiu-bwe Toania menjerit dan hampir saja ia melepaskan cambuknya karena
tiga buah ekor cambuk yang terkena sentilan kuku jari tangan kakek itu secara tiba-tiba
membalik dan menerjangnya di tiga buah tempat, yaitu ke arah buah dada dan pusar. Selain
ini, juga senjata itu keras sekali, membuat telapak tangannya yang memegang gagang cambuk
terasa panas dan pedas. Dengan loncatan ke belakang sambil memutar cambuknya, nenek ini
berhasil menyelamatkan diri. Wajahnya menjadi merah sekali dan ia memaki sambil
menudingkan cambuknya.

"Sie Cun Hong, dasar engkau tua-tua keladi makin tua makin...cabul!"
Kakek itu hanya tertawa-tawa, akan tetapi ketawanya berhenti ketika dari sebelah kiri

0 komentar:

Posting Komentar